Minggu, 10 Februari 2008

Arti Seorang Sahabat

Kenapa disaat terjatuh, kita ingin seseorang memeluk kita atau sekedar
menemani kita?
Mengapa juga ketika disakiti kita inginkan seseorang untuk tempat kita
mengadu?

Mungkin kita akan menjadi sakit kembali ketika melihat atau mendengar
seseorang yg
kebetulan mirip dan dekat dengan orang yang pernah melukai kita. Adakalanya
dengan
ketakutan dan kebingungan kita memutuskan tidak akan pernah percaya dan
mencintai siapapun lagi.
Kitapun merasakan senang jika ada seseorang yang selalu disisi kita saat
sedih ataupun senang
seseorang yang selalu membantu kita tanpa mengharap apapun selain senyuman
kita,
yang mengerti, yang memahami dan menerima kita apa adanya.

Beberapa dari kita menyebutnya sahabat perjalanan hidup
Sebagian lebih sederhana mengatakan teman seperjuangan
Bagi yang romantis menyatakan kekasih hati.

Teruntuk yang telah menikah mengakui bahwa Tuhan menciptakannya agar kita
tidak merasa kesepian sejauh
mana beda dari semua itu?

Kenapa bersahabat ?
Benarkah hidup terlalu keras untuk dijalani seorang diri?
Atau karena kita ingin menumpahkan rasa sayang dan cinta yang ada dalam
hati?
Mungkin karena kita memiliki sesuatu yang sejalan hingga kita menyamakan
orang lain dengan
apa yang kita rasakan?

Sungguh! Betapa sulit mencari sahabat diwaktu kita tengah kesusahan
Dan benarlah betapa mudah mengajak seseorang untuk bergabung dalam
kegembiraan kita.

Memang....kita semua begitu tidak menyukai penderitaan, meski kita tahu
tidaklah mungkin bisa lepas darinya. Meski kita semua tahu hidup hanyalah
ritme
bergantian antara kesedihan dan kesenangan.
Walau kita sadar kebahagiaan hanya milik orang2x yang pernah menderita
dahulu
dan tiap orang pastilah punya arti sendiri dalam memaknai penderitaan dan
kebahagiaan.

Siapa yang kau anggap sahabat?
Apakah seseorang yang tidak pernah menyakitimu?
Mungkinkah seseorang yang tidak akan pernah meninggalkanmu?
Betulkah seseorang yang kamu memutuskan untuk tidak mempercayainya?
Atau seseorang yang tidak pernah mengatakan kebaikannya padamu?

Seumpama kita bisa mendengar hati orang lain dan memang benar mau
mendengar?
Tak pernah ada yang mempunyai cita-cita untuk jadi orang jahat dan hidup
tidak berbahagia
Seandainya kita bisa melihat dan memang benar mau melihat?
Ketika seseorang tengah tertidur pulas, kita akan bisa untuk lebih berfikir
beberapa kali sebelum berani sekedar berprasangka keji apalagi untuk
menyakitinya.
Tetapi kenapa itu terkadang terpaksa harus.

Disaat kita tiba-tiba merasa perduli dengan seseorang, kita seolah bisa
merasakan
apa yang sedang menjadi bebannya dan kita ingin meringankannya. Namun
terkadang kita
sangat acuh kepada seseorang yang benar-benar membutuhkan kita

Apa yang kita cari?
untuk siapa dan untuk apa kita diciptakan didunia ini?
Apa beda kita dengan orang lain?

Sedalam kelemahan kita harusnya kita lebih sering berkata "maaf"
dibanding "aku" jika kita memang menganggapnya sahabat!

Setinggi keinginan kita harusnya kita lebih berbahagia berkata
" aku tidak mau merepotkanmu "

Setinggi keinginan kita harusnya kita lebih berbahagia berkata " aku tidak
mau merepotkanmu" dibanding "mengertilah diriku" jika kita mengerti bahwa
dia sahabat kita.

Membayangkan kita berbahagia sendiri sedang sahabat-sahabat kita kesusahan,
haruskah kita makan dan tidur dengan tenang ?
Mungkin lebih baik semua sahabat telah berbahagia dan kita turut berbahagia
meski semua itu harus berbohong demi perasaan itu karena surga masih
terlalu luas untuk semua ini, kenapa tidak berbagi?

Bertahanlah, karena sahabatmu adalah semua yang pernah hadir dalam hatimu
Berterimakasihlah, sahabatmu adalah semua yang telah membentukmu hingga
kamu menjadi seperti sekarang ini
Bersiaplah, karena kamu akan masih kehilangan banyak sahabat untuk
menemukan
sahabat-sahabat baru sepanjang perjalanan hidupmu.

Dan berdo'alah semoga semua sahabat bisa berkumpul bersama di surga nanti.
(unknown)

Sebelum kamu mengeluh

Sebelum kamu mengeluh

--------------------------------------------------------------------------------




Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali

Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa
Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam
hidupnya.

Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda.
Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman
hidup

Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat

Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya
mandul

Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak
mengerjakan tugasnya,
Pikirkan tentang orang-orang yag tinggal dijalanan

Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan

Dan disaat kamu lelah dan menegluh tentang pekerjaanmu,
Pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka
mempunyai pekerjaan seperti anda

Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa...

Kita semua menjawab kepada Sang Pencipta
Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,
Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup !

Life is a gift

Live it...

Enjoy it...

Celebrate it...

And fulfill it with thanks to Allah

NASEHAT BAGI WANITA YANG TERLAMBAT NIKAH

NASEHAT BAGI WANITA YANG TERLAMBAT NIKAH

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : "Saya ingin meminta saran kepada syaikh bahwa saya dan teman-teman senasib telah ditakdirkan untuk tidak merasakan nikmatnya nikah, sementara umur hampir menginjak masa putus harapan untuk menikah. Padahal Alhamdulillah saya dan teman-teman senasib memiliki akhlak yang cukup dan berpendidikan sarjana dan inilah nasib kita Alhamdulillah. Yang membuat kaum lelaki tidak mau melamar kita disebabkan kondisi ekonomi yang kurang mendukung karena pernikahan di daerah kami dibiayai oleh kedua mempelai. Saya memohon nasehat syaikh untuk kami ?"

Jawaban.
Nasehat saya untuk yang terlambat menikah hendaknya selalu berdo'a kepada
Allah dengan penuh harapan dan keikhlasan, dan mempersiapkan diri untuk siap
menerima lelaki yang shalih. Apabila seseorang jujur dan sungguh-sungguh
dalam do'anya, disertai dengan adab do'a dan meninggalkan semua penghalang
do'a, maka do'a tersebut akan terkabulkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu" [Al-Baqarah :186]

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepadaKu, niscaya Kuperkenankan bagimu"
[Al-Mukmin : 60]

Dalam ayat tersebut Allah menggantugkan terkabulnya do'a hambaNya setelah
dia memenuhi panggilan dan perintahNya. Saya melihat,tidak ada sesuatu yang
lebih baik kecuali berdoa dan memohon kepada Allah serta menunggu pertolongan dariNya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Ketahuilah sesungguhnya pertolongan diperoleh bersama kesabaran
dan kemudahan selalu disertai kesulitan dan bersama kesulitan ada kemudahan"

Saya memohon kepada Allah untuk kalian dan yang lainnya agar dimudahkan oleh
Allah dalam seluruh urusannya dan semoga segera mempertemukan kalian dengan
laki-laki yang shalih yang hanya menikah untuk kebaikan dunia dan akhirat.
[Fatawa Mar'ah, hal. 58]

[Fatwa-Fatwa Tentang Wanita-2, hal 130-132, Darul Haq]

Membeli Cinta

==================
Membeli Cinta
===============

Di sebuah daerah tinggal seorang saudagar kaya raya. Dia mempunyai
seorang
hamba yang sangat lugu - begitu lugu, hingga orang-orang menyebutnya si
bodoh.

Suatu kali sang tuan menyuruh si bodoh pergi ke sebuah perkampungan
miskin
untuk menagih hutang para penduduk di sana. "Hutang mereka sudah jatuh
tempo," kata sang tuan. "Baik, Tuan," sahut si bodoh. "Tetapi nanti
uangnya
mau diapakan?" "Belikan sesuatu yang aku belum punyai," jawab sang tuan.

Maka pergilah si bodoh ke perkampungan yang dimaksud. Cukup kerepotan
juga
si bodoh menjalankan tugasnya; mengumpulkan receh demi receh uang hutang
dari para penduduk kampung. Para penduduk itu memang sangat miskin, dan
pula ketika itu tengah terjadi kemarau panjang.

Akhirnya si bodoh berhasil jua menyelesaikan tugasnya. Dalam perjalanan
pulang ia teringat pesan tuannya, "Belikan sesuatu yang belum aku
miliki."
"Apa, ya?" tanya si bodoh dalam hati. "Tuanku sangat kaya, apa lagi yang
belum dia punyai?" Setelah berpikir agak lama, si bodoh pun menemukan
jawabannya. Dia kembali ke perkampungan miskin tadi. Lalu dia bagikan
lagi
uang yang sudah dikumpulkannya tadi kepada para penduduk. "Tuanku,
memberikan uang ini kepada kalian," katanya.

Para penduduk sangat gembira. Mereka memuji kemurahan hati sang tuan.
Ketika si bodoh pulang dan melaporkan apa yang telah dilakukannya, sang
tuan geleng-geleng kepala. Benar-benar bodoh," omelnya.

Waktu berlalu. Terjadilah hal yang tidak disangka-sangka; pergantian
pemimpin karena pemberontakan membuat usaha sang tuan tidak semulus dulu.
Belum lagi bencana banjir yang menghabiskan semua harta bendanya. Pendek
kata sang tuan jatuh bangkrut dan melarat. Dia terlunta meninggalkan
rumahnya. Hanya si bodoh yang ikut serta. Ketika tiba di sebuah kampung,
entah mengapa para penduduknya menyambut mereka dengan riang dan hangat;
mereka menyediakan tumpangan dan makanan buat sang tuan.

"Siapakah para penduduk kampung itu, dan mengapa mereka sampai mau
berbaik
hati menolongku?" tanya sang tuan. "Dulu tuan pernah menyuruh saya
menagih
hutang kepada para penduduk miskin kampung ini," jawab si bodoh. "Tuan
berpesan agar uang yang terkumpul saya belikan sesuatu yang belum tuan
punyai. Ketika itu saya berpikir, tuan sudah memiliki segala sesuatu.
Satu-satunya hal yang belum tuanku punyai adalah cinta di hati mereka.
Maka
saya membagikan uang itu kepada mereka atas nama tuan. Sekarang tuan
menuai
cinta mereka."



cintailah maka orang akan mencintai terutama pada sanak keluargamu.
Menunjukan cinta bukan hanya dengan kata kata , namun bukan berarti
dengan harta. Sikap dan perilaku cukup untuk bukti cinta kita.

WASIAT SEBELUM TIDUR

WASIAT SEBELUM TIDUR


"Ali berkata, Fathimah mengeluhkan bekas alat penggiling yang dialaminya. Lalu pada saat itu ada seorang tawanan yang mendatangai Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka Fathimah bertolak, namun tidak bertemu dengan beliau. Dia mendapatkan Aisyah. Lalu dia mengabarkan kepadanya. Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tiba, Aisyah mengabarkan kedatangan Fathimah kepada beliau. Lalu beliau mendatangi kami, yang kala itu kami hendak berangkat tidur. Lalu aku siap berdiri, namun beliau berkata. 'Tetaplah di tempatmu'. Lalu beliau duduk di tengah kami, sehingga aku bisa merasakan dinginnya kedua telapak kaki beliau di dadaku. Beliau berkata. 'Ketahuilah, akan kuajarkan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari pada apa yang engkau minta kepadaku. Apabila engkau hendak tidur, maka bertakbirlah tiga puluh empat kali, bertasbihlah tiga puluh tiga kali, dan bertahmidlah tiga puluh tiga kali, maka itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu". (Hadits Shahih, ditakhrij Al-Bukhari 4/102, Muslim 17/45, Abu Dawud hadits nomor 5062, At-Tirmidzi hadits nomor 3469, Ahmad 1/96, Al-Baihaqy 7/293).

Wahai Ukhti Muslimah !
Inilah wasiat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bagi putrinya yang suci, Fathimah, seorang pemuka para wanita penghuni sorga. Maka marilah kita mempelajari apa yang bermanfa'at bagi kehidupan dunia dan akhirat kita dari wasiat ini.

Fathimah merasa capai karena banyaknya pekerjaan yang harus ditanganinya, berupa pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, terutama pengaruh alat penggiling. Maka dia pun pergi menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta seorang pembantu, yakni seorang wanita yang bisa membantunya.

Tatkala Fathimah memasuki rumah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, dia tidak mendapatkan beliau. Dia hanya mendapatkan Aisyah, Ummul Mukminin. Lalu Fathimah menyebutkan keperluannya kepada Aisyah. Tatkala beliau tiba, Aisyah mengabarkan urusan Fathimah.

Beliau mempertimbangkan permintaan Fathimah. Dan, memang beliau mempunyai beberapa orang tawanan perang, ada pula dari kaum wanitanya. Tetapi tawanan-tawanan ini akan dijual, dan hasilnya akan disalurkan kepada orang-orang Muslim yang fakir, yang tidak mempunyai tempat tinggal dan makanan kecuali dari apa yang diberikan Rasulullah. Lalu beliau pergi ke rumah Ali, suami Fathimah, yang saat itu keduanya siap hendak tidur. Beliau masuk rumah Ali dan Fathimah setelah meminta ijin dari keduanya. Tatkala beliau masuk, keduanya bermaksud hendak berdiri, namun beliau berkata. "Tetaplah engkau di tempatmu". "Telah dikabarkan kepadaku bahwa engkau datang untuk meminta. Lalu apakah keperluanmu?".

Fathimah menjawab."Ada kabar yang kudengar bahwa beberapa pembantu telah datang kepada engkau. Maka aku ingin agar engkau memberiku seorang pembantu untuk membantuku membuat roti dan adonannya. Karena hal ini sangat berat bagiku".

Beliau berkata. "mengapa engkau tidak datang meminta yang lebih engkau sukai atau lebih baik dari hal itu ?". Kemudian beliau memberi isyarat kepada keduanya, bahwa jika keduanya hendak tidur, hendaklah bertasbih kepada Allah, bertakbir dan bertahmid dengan bilangan tertentu yang disebutkan kepada keduanya. Lalu akhirnya beliau berkata. "Itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu".

Ali tidak melupakan wasiat ini, hingga setelah istrinya meninggal. Hal ini dikatakan Ibnu Abi Laila. "Ali berkata, 'Semenjak aku mendengar dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, aku tidak pernah meninggalkan wasiat itu".

Ada yang bertanya. "Tidak pula pada malam perang Shiffin ?".

Ali menjawab. "Tidak pula pada malam perang Shiffin".
(Ditakhrij Muslim 17/46. Yang dimaksud perang Shiffin di sini adalah perang antara pihak Ali dan Mu'awiyah di Shiffin, suatu daerah antara Irak dan Syam. Kedua belah pihak berada di sana beberapa bulan).

Boleh jadi engkau bertanya-tanya apa hubungan antara pembantu yang diminta Fathimah dan dzikir ?

Hubungan keduanya sangat jelas bagi orang yang memiliki hati atau pikiran yang benar-benar sadar. Sebab dzikir bisa memberikan kekuatan kepada orang yang melakukannya. Bahkan kadang-kadang dia bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dibayangkan. Di antara manfaat dzikir adalah :
1. Menghilangkan duka dan kekhawatiran dari hati.
2. Mendatangkan kegembiraan dan keceriaan bagi hati.
3. Memberikan rasa nyaman dan kehormatan.
4. Membersihkan hati dari karat, yaitu berupa lalai dan hawa nafsu.
Boleh jadi engkau juga bertanya-tanya, ada dzikir-dzikir lain yang bisa dibaca sebelum tidur selain ini. Lalu mana yang lebih utama .? Pertanyaan ini dijawab oleh Al-Qady Iyadh : "Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beberapa dzikir sebelum berangkat tidur, yang bisa dipilih menurut kondisi, situasi dan orang yang mengucapkannya. Dalam semua dzikir itu terdapat keutamaan".

Secara umum wasiat ini mempunyai faidah yang agung dan banyak manfaat serta kebaikannya. Inilah yang disebutkan oleh sebagian ulama :

Pertama.
Menurut Ibnu Baththal, di dalam hadits ini terkandung hujjah bagi keutamaan kemiskinan daripada kekayaan. Andaikata kekayaan lebih utama daripada kemiskinan, tentu beliau akan memberikan pembantu kepada Ali dan Fathimah. Dzikir yang diajarkan beliau dan tidak memberikan pembantu kepada keduanya, bisa diketahui bahwa beliau memilihkan yang lebih utama di sisi Allah bagi keduanya.

Pendapat ini disanggah oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar. Menurutnya, hal ini bisa berlaku jika beliau mempunyai lebihan pembantu. Sementara sudah disebutkan dalam pengabaran di atas bahwa beliau merasa perlu untuk menjual para tawanan itu untuk menafkahi orang-orang miskin. Maka menurut Iyadh, tidak ada sisi pembuktian dengan hadits ini bahwa orang miskin lebih utama daripada orang kaya.

Ada perbedaan pendapat mengenai makna kebaikan dalam pengabaran ini. Iyadh berkata. "Menurut zhahirnya, beliau hendak mengajarkan bahwa amal akhirat lebih utama daripada urusan dunia, seperti apapun keadaannya. Beliau membatasi pada hal itu, karena tidak memungkinkan bagi beliau untuk memberikan pembantu. Kemudian beliau mengajarkan dzikir itu, yang bisa mendatangkan pahala yang lebih utama daripada apa yang diminta keduanya".

Menurut Al-Qurthuby, beliau mengajarkan dzikir kepada keduanya, agar ia menjadi pengganti dari do'a tatkala keduanya dikejar kebutuhan, atau karena itulah yang lebih beliau sukai bagi putrinya, sebagaimana hal itu lebih beliau sukai bagi dirinya, sehingga kesulitannya bisa tertanggulangi dengan kesabaran, dan yang lebih penting lagi, karena berharap mendapat pahala.

Kedua.
Disini dapat disimpulkan tentang upaya mendahulukan pencari ilmu daripada yang lain terhadap hak seperlima harta rampasan perang.

Ketiga.
Hendaklah seseorang menanggung sendiri beban keluarganya dan lebih mementingkan akhirat daripada dunia kalau memang dia memiliki kemampuan untuk itu.

Keempat.
Di dalam hadits ini terkandung pujian yang nyata bagi Ali dan Fathimah.

Kelima.
Seperti itu pula gambaran kehidupan orang-orang salaf yang shalih, mayoritas para nabi dan walinya.

Keenam.
Disini terkandung pelajaran sikap lemah lembut dan mengasihi anak putri dan menantu, tanpa harus merepotkan keduanya dan membiarkan keduanya pada posisi berbaring seperti semula. Bahkan beliau menyusupkan kakinya yang mulia di antara keduanya, lalu beliau mengajarkan dzikir, sebagai ganti dari pembantu yang diminta.

Ketujuh.
Orang yang banyak dzikir sebelum berangkat tidur, tidak akan merasa letih. Sebab Fathimah mengeluh letih karena bekerja. Lalu beliau mengajarkan dzikir itu. Begitulah yang disimpulkan Ibnu Taimiyah. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata. "Pendapat ini perlu diteliti lagi. Dzikir tidak menghilangkan letih. Tetapi hal ini bisa ditakwil bahwa orang yang banyak berdzikir, tidak akan merasa mendapat madharat karena kerjanya yang banyak dan tidak merasa sulit, meskipun rasa letih itu tetap ada".

Begitulah wahai Ukhti Muslimah, wasiat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang disampaikan kepada salah seorang pemimpin penghuni sorga, Fathimah, yaitu berupa kesabaran yang baik. Perhatikanlah bagaimana seorang putri Nabi dan istri seorang shahabat yang mulia, harus menggiling, membuat adonan roti dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangganya. Maka mengapa engkau tidak menirunya .?

KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI COBAAN

KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI
COBAAN


Kata Pengantar.
Insya Allah untuk Masalah-47 s/d Masalah-50, kami akan mengangkat seruan-seruan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang ditujukan kepada wanita-wanita Mukminah, baik berupa peringatan ataupun berupa perintah-perintah yang dikhususkan bagi mereka. Dan artikel-artikel tersebut kami ambil dari buku 50 Wasiat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bagi Wanita, oleh Majdi As-Sayyid Ibrahim, terbitan Pustaka Al-Kautsar, cetakan kelima.


KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI COBAAN
"Artinya : Dari Ummu Al-Ala', dia berkata :"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. 'Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak".(Isnadnya Shahih, ditakhrij Abu Daud, hadits nomor 3092).

Wahai Ukhti Mukminah .!
Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah .?

Wasiat yang ada dihadapanmu ini disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala menasihati Ummu Al-Ala' Radhiyallahu anha, seraya menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji Rabb-nya agar Dia bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya.

Selagi engkau memperhatikan kandungan Kitab Allah, tentu engkau akan mendapatkan bahwa yang bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat dan mengambil nasihat darinya adalah orang-orang yang sabar, sebagaimana firman Allah.
"Artinya : Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur". (Asy-Syura : 32-33)
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya.
"Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". (Al-Baqarah : 177).
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.
"Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar". (Ali Imran : 146).
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.
"Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan". (An-Nahl : 96).

"Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". (Az-Zumar : 10).
Bahkan engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan pada hari kiamat dan keselamatan dari neraka akan mejadi milik orang-orang yang sabar. Firman Allah.
"Artinya : Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan) :'Salamun 'alaikum bima shabartum'. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu" (Ar-Ra'd : 23-24).
Benar. Semua ini merupakan balasan bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan. Lalu kenapa tidak ? Sedangkan orang mukmin selalu dalam keadaan yang baik ?.

Dari Shuhaib radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat kelapangan, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka dia bersabar, dan itu kebaikan baginya". (Ditakhrij Muslim, 8/125 dalam Az-Zuhud).
Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu menurut bobot iman yang engkau miliki. Apabila bobot imanmu berat, Allah akan memberikan cobaan yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agamamu, maka cobaan yang diberikan kepadamu juga lebih ringan. Perhatikalah riwayat ini.
"Artinya : Dari Sa'id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ?. Beliau menjawab. Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya". (Isnadnya shahih, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 1509, Ibnu Majah, hadits nomor 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172).

"Artinya : Dari Abu Sa'id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku memasuki tempat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas ditanganku di atas selimut. Lalu aku berkata.'Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimi'. Beliau berkata :'Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami'. Aku bertanya.'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ?. Beliau menjawab.'Para nabi. Aku bertanya.'Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?. Beliau menjawab.'Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan". (Ditakhrij Ibnu Majah, hadits nomor 4024, Al-Hakim 4/307, di shahihkan Adz-Dzahaby).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata :
"Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun". (Isnadnya Hasan, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 2510. Dia menyatakan, ini hadits hasan shahih, Ahmad 2/287, Al-Hakim 1/346, dishahihkan Adz-Dzahaby).
Selagi engkau bertanya :"Mengapa orang mukmin tidak menjadi terbebas karena keutamaannya di sisi Rabb.?".

Dapat kami jawab :"Sebab Rabb kita hendak membersihan orang Mukmin dari segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat membersihkannya. Inilah yang diterangkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap Ummul 'Ala dan Abdullah bin Mas'ud. Abdullah bin Mas'ud pernah berkata."Aku memasuki tempat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, lalu aku berkata.'Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang sangat keras'.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata."Benar. Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang diantara kamu yang sedang demam".

Abdullah bin Mas'ud berkata."Dengan begitu berarti ada dua pahala bagi engkau ?"

Beliau menjawab. "Benar". Kemudian beliau berkata."Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya". (Ditakhrij Al-Bukhari, 7/149. Muslim 16/127).

Dari Abi Sa'id Al-Khudry dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhuma, keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata.
"Artinya : Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130.)
Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan bekal bagi orang mukmin dalam perjalanan hidupnya di dunia. Maka dari itu sabar termasuk dari sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada artinya tanpa kepala. Maka Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata. "Kehidupan yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran". Maka andaikata engkau mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit. Perhatikanlah riwayat berikut ini.
"Artinya : Dari Atha' bin Abu Rabbah, dia berkata. "Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. 'Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga .?. Aku menjawab. 'Ya'. Dia (Ibnu Abbas) berkata. "Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seraya berkata.'Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku. Beliau berkata.'Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo'a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu afiat'. Lalu wanita itu berkata. 'Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. 'Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka berdo'alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka'. Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/150. Muslim 16/131)
Perhatikanlah, ternyata wanita itu memilih untuk bersabar menghadapi penyakitnya dan dia pun masuk sorga. Begitulah yang mestinya engkau ketahui, bahwa sabar menghadapi cobaan dunia akan mewariskan sorga. Diantara jenis kesabaran menghadapi cobaan ialah kesabaran wanita muslimah karena diuji kebutaan oleh Rabb-nya. Disini pahalanya jauh lebih besar.

Dari Anas bin Malik, dia berkata."Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata.
"Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman.'Apabila Aku menguji hamba-Ku (dengan kebutaan) pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/151 dalam Ath-Thibb. Menurut Al-Hafidz di dalam Al-Fath, yang dimaksud habibatain adalah dua hal yang dicintai. Sebab itu kedua mata merupakan anggota badan manusia yang paling dicintai. Sebab dengan tidak adanya kedua mata, penglihatannya menjadi hilang, sehingga dia tidak dapat melihat kebaikan sehingga membuatnya senang. dan tidak dapat melihat keburukan sehingga dia bisa menghindarinya).
Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala sakit dan menyembunyikan cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata kepadanya."Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu .?"

Sebagian orang Salaf yang shalih berkata :"Barangsiapa yang mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya".

Yang dimaksud mengadukan di sini bukan membeberkan penyakit kepada dokter yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu merupakan gambaran penyesalan dan penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah, yang dilontarkan kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada teman atau tetangga.

Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah berkata. "Empat hal termasuk simpanan sorga, yaitu menyembunyikan musibah, menyembunyikan (merahasiakan) shadaqah, menyembunyikan kelebihan dan menyembunyikan sakit".

Ukhti Muslimah !
Selanjutnya perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : "Asy-Syaibany pernah berkata.'Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata.'Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman. Maka dia memegang tanganku seraya berkata.'Wahai anak saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan. Kalau dia seorang teman, berarti engkau berduka dan tidak bisa memberimu manfaat. Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira karena deritamu. Lihatlah salah satu mataku ini,'sambil menunjuk ke arah matanya', demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku tidak pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih (Yusuf) :"Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku". Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do'a". (Al-Aqdud-Farid, 2/282).

Abud-Darda' Radhiyallahu anhu berkata. "Apabila Allah telah menetapkan suatu takdir,maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai takdir-Nya". (Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, hal. 125).

Perbaharuilah imanmu dengan lafazh la ilaha illallah dan carilah pahala di sisi Allah karena cobaan yang menimpamu. Janganlah sekali-kali engkau katakan :"Andaikan saja hal ini tidak terjadi", tatkala menghadapi takdir Allah. Sesungguhnya tida ada taufik kecuali dari sisi Allah.

KEHIDUPAN SEHARI-HARI YANG ISLAMI

KEHIDUPAN SEHARI-HARI
YANG ISLAMI



Kata Pengantar.

Saudaraku....
Dengan penuh pengharapan bahwa kebahagian dunia dan akhirat yang akan kita dapatkan, maka kami sampaikan risalah yang berisikan pertanyaan-pertanyaan ini kehadapan anda untuk direnungkan dan di jawab dengan perbuatan.

Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja kami angkat kehadapan anda dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, supaya kita bisa mengambil mannfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisinya selama ini.

Saudaraku...
Risalah ini dinukilkan dari buku saku yang sangat bagus dan menawan yaitu Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari) dari hal. 51 - 55, bab Hayatu Yaumi Islami yang diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dan diterjemahkan oleh saudara kita Fariq Gasim Anuz semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasnya dengan pahala dan surganya.


Kehidupan Sehari-hari Yang Islami
1. Apakah anda selalu shalat Fajar berjama'ah di masjid setiap hari .?
2. Apakah anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu di masjid .?
3. Apakah anda hari ini membaca Al-Qur'an .?
4. Apakah anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib .?
5. Apakah anda selalu menjaga Shalat sunnah Rawatib sebelum dan sesudah Shalat wajib .?
6. Apakah anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang anda baca .?
7. Apakah anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur .?
8. Apakah anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya .?
9. Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan anda ke dalam Surga .? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata :"Wahai Allah Subhanahu wa Ta'ala masukkanlah ia ke dalam Surga".
10. Apakah anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali .? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata :"Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka". (Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya :"Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata :"Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata :"Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka". (Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6).
11. Apakah anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .?
12. Apakah anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik .?
13. Apakah anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau .?
14. Apakah anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala .?
15. Apakah anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari .?
16. Apakah anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pen) .?
17. Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati Syahid .? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya :"Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur". (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya).
18. Apakah anda telah berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ia menetapkan hati anda atas agama-Nya. ?
19. Apakah anda telah mengambil kesempatan untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di waktu-waktu yang mustajab .?
20. Apakah anda telah membeli buku-buku agama Islam untuk memahami agama .? (Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar, pent).
21. Apakah anda telah memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah .? Karena setiap mendo'akan mereka anda akan mendapat kebajikan pula.
22. Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala (dan bersyukur kepada-Nya, pent) atas nikmat Islam .?
23. Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya .?
24. Apakah anda hari-hari ini telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya .?
25. Apakah anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala saja .?
26. Apakah anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri .?
27. Apakah anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala .?
28. Apakah anda telah menda'wahi keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri anda .?
29. Apakah anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua .?
30. Apakah anda mengucapkan "Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji'uun" jika mendapatkan musibah .?
31. Apakah anda hari ini mengucapkan do'a ini : " Allahumma inii a'uudubika an usyrika bika wa anaa a'lamu wastagfiruka limaa la'alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui". Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. (Lihat Shahih Al-Jami' No. 3625).
32. Apakah anda berbuat baik kepada tetangga .?
33. Apakah anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki .?
34. Apakah anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya .?
35. Apakah anda takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal penghasilan, makanan dan minuman, serta pakaian .?
36. Apakah anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan .?
Saudaraku ..
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan, agar kita menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, inysa Allah.

DIMANA ALLAH ?

DIMANA ALLAH ?



Bagian Pertama dari Tiga tulisan [1/3]

Saya akan menjelaskan salah satu aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, yang telah hilang dari dada sebagian kaum muslimin, yaitu : tentang istiwaa Allah di atas Arsy-Nya yang sesuai dengan kebesaran dan kemuliaan-Nya. Sehingga bila kita bertanya kepada saudara kita ; Dimana Allah ? Kita akan mendapat dua jawaban yang bathil bahkan sebagiannya kufur..! :
Allah ada pada diri kita ini ..!
Allah dimana-mana di segala tempat !
Jawaban yang pertama berasal dari kaum wihdatul wujud (kesatuan wujud Allah dengan manusia) yang telah dikafirkan oleh para Ulama kita yang dahulu dan sekarang. Sedangkan jawaban yang kedua keluar dari kaum Jahmiyyah (faham yang menghilangkan sifat-sifat Allah) dan Mu'tazilah, serta mereka yang sefaham dengan keduanya dari ahlul bid'ah.

Rasulullah SAW pernah mengajukan pertanyaan kepada seorang budak perempuan milik Mua'wiyah bin Al-Hakam As-Sulamy sebagai ujian keimanan sebelum ia dimerdekakan oleh tuannya yaitu Mu'awiyah :
Artinya :
"Beliau bertanya kepadanya : "Di manakah Allah ?. Jawab budak perempuan : "Di atas langit. Beliau bertanya (lagi) : "Siapakah Aku ..?. Jawab budak itu : "Engkau adalah Rasulullah". Beliau bersabda : "Merdekakan ia ! .. karena sesungguhnya ia mu'minah (seorang perempuan yang beriman)".

Hadits shahih. Dikeluarkan oleh Jama'ah ahli hadits, diantaranya :
Imam Malik (Tanwirul Hawaalik syarah Al-Muwath-tho juz 3 halaman 5-6).
Imam Muslim (2/70-71)
Imam Abu Dawud (No. 930-931)
Imam Nasa'i (3/13-14)
Imam Ahmad (5/447, 448-449)
Imam Daarimi 91/353-354)
Ath-Thayaalis di Musnadnya (No. 1105)
Imam Ibnul Jaarud di Kitabnya "Al-Muntaqa" (No. 212)
Imam Baihaqy di Kitabnya "Sunanul Kubra" (2/249-250)
Imam Ibnu Khuzaimah -Imamnya para Imam- di Kitabnya "Tauhid" (hal. 121-122)
Imam Ibnu Abi 'Aashim di Kitab As-Sunnah (No. 489 di takhrij oleh ahli hadits besar Muhammad Nashiruddin Al-Albanni).
Imam Utsman bin Sa'id Ad-Daarimi di Kitabnya "Ar-Raddu 'Alal Jahmiyyah" (No. 60,61,62 halaman 38-39 cetakan darus Salafiyah).
Imam Al-Laalikai di Kitabnya "As-Sunnah " (No. 652).

PEMBAHASAN

Pertama.
Hadist ini merupakan cemeti dan petir yang menyambar di kepala dan telinga ahlul bid'ah dari kaum Jahmiyyah dan Mu'tazilah dan yang sefaham dengan mereka, yaitu ; dari kaum yang menyandarkan aqidah mereka kepada Imam Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ary, yaitu ; mereka mempunyai i'tiqad (berpendapat) :
"ALLAH BERADA DI TIAP-TIAP TEMPAT ATAU ALLAH BERADA DIMANA-MANA .!?"

Katakanlah kepada mereka : Jika demikian, yakni Allah berada dimana-mana tempat, maka Allah berada di jalan-jalan, di pasar-pasar, di tempat kotor dan berada di bawah mahluknya !?.

Jawablah kepada mereka dengan firman Allah 'Azza wa Jalla :
Artinya :
"Maha suci Engkau ! ini adalah satu dusta yang sangat besar" (An-Nur : 16)
"Maha suci Allah dari apa-apa yang mereka sifatkan " (Al-Mu'minun : 91)
"Maha Suci Dia ! Dan Maha Tinggi dari apa-apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang besar". (Al-Isra : 43)
Berkata Imam Adz-Dzahabi setelah membawakan hadits ini, di kitabnya "Al-Uluw" (hal : 81 diringkas oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani).
Artinya :
"Dan demikian ra'yu kami (setuju dengan hadits) setiap orang yang ditanya : "Dimana Allah ? "Dia segera dengan fitrahnya menjawab : Di atas langit !. Didalam hadits ini ada dua masalah : pertama : Disyariatkan pertanyaan seorang muslim : Dimana Allah ?. Kedua : Jawaban orang yang ditanya : (Allah) di atas langit ! Maka barangsiapa yang mengingkari dua masalah ini berarti ia telah mengingkari Al-Musthafa (Nabi) SAW".

Dan telah berkata Imam Ad-Daarimi setelah membawakan hadits ini di kitabnya "Ar-Raddu 'Alal Jahmiyah (hal: 39): "Di dalam hadits Rasulullah SAW ini, ada dalil bahwa seseorang apabila tidak mengetahui sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla berada di atas langit bukan bumi, tidaklah ia seorang mu'min".

Tidaklah engkau perhatikan bahwa Rasulullah SAW telah menjadikan tanda/alamat keimanannya (yaitu budak perempuan) tentang pengetahuannya sesungguhnya Allah diatas langit. Dan pada pertanyaan Rasulullah SAW (kepada budak perempuan): "Dimana Allah ?". Mendustakan perkataan orang yang mengatakan : "Dia (Allah) ada di tiap-tiap tempat (dan) tidak boleh disifatkan dengan (pertanyaan) : Dimana .?


Kedua
Lafadz 'As-Samaa" menurut lughoh/bahasa Arab artinya : Setiap yang tinggi dan berada di atas. Berkata Az-Zujaaj (seorang Imam ahli bahasa) :
Artinya :
"(Lafadz) As-Samaa/langit di dalam bahasa dikatakan : Bagi tiap-tiap yang tinggi dan berada diatas. Dikatakan : Atap rumah langit-langit rumah".
Dinamakan "Awan" itu langit/As-Samaa, karena ia berada di atas manusia. Firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Dan Ia turunkan dari langit Air (hujan)" (Al-Baqarah : 22).
Adapun huruf "Fii" dalam lafadz hadits "Fiis-Samaa" bermakna " 'Alaa" seperti firman Allah 'Azza wa Jalla:
Artinya :
"Maka berjalanlah kamu di atas/di muka bumi" (At-Taubah : 2)
"Mereka tersesat di muka bumi" (Al-Ma'dah : 26).
Lafadz "Fil Arldhii" dalam dua ayat diatas maknanya " 'Alal Arldhii", Maksudnya : Allah 'Azza wa Jalla berada dipihak/diarah yang tinggi -di atas langit- yakni di atas 'Arsy-Nya yang sesuai dengan kebesaran-Nya. Ia tidak serupa dengan satupun mahluk-Nya dan tidak satupun mahluk menyerupai-Nya.

Firman Allah 'Azza wa Jalla :
Artinya :
"Tidak ada sesuatupun yang sama dengan-Nya, dan Ia-lah yang Maha Mendengar (dan) Maha Melihat". (As-Syura : 4)
"Dan tidak ada satupun yang sama/sebanding dengan-Nya" (Al-ikhlas : 4)
"Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istiwaa (bersemayam)". (Thaha : 5)
"Sesungguhnya Tuhan kamu itu Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian ia istiwaa (bersemayam) di atas 'Arsy".(Al-A'raf :54).

Madzhab Salaf -dan yang mengikuti mereka- seperti Imam yang empat : Abu Hanifah, Malik, Syafi'iy dan Ahmad bin Hambal dan lain-lain Ulama termasuk Imam Abul Hasan Al-Asy'ari sendiri, mereka semuanya beriman bahwa ; Allah 'Azza wa Jalla ISTIWAA diatas 'Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya.

Mereka tidak menta'wil ISTIWAA/ISTAWAA dengan ISTAWLA yang artinya : Berkuasa. Seperti halnya kaum Jahmiyyah dan yang sefaham dengan mereka yang mengatakan "Allah istiwaa di atas 'Arsy" itu maknanya : Allah menguasai 'Arsy !. Bukan Dzat Allah berada di atas langit yakni di atas 'Arsy-Nya, karena Allah berada dimana-mana tempat !?... Mereka ini telah merubah perkataan dari tempatnya dan telah mengganti perkataan yang tidak pernah dikatakan Allah kepada mereka sama seperti kaum Yahudi (baca surat Al-baqarah : 58-59).

Katakan kepada mereka : Kalau makna istiwaa itu adalah istawla/berkuasa, maka Allah 'Azza wa Jalla berkuasa atas segala sesuatu bukan hanya menguasai 'Arsy. Ia menguasi langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya dan sekalian mahluk (selain Allah dinamakan mahluk). Allah 'Azza wa Jalla telah mengabarkan tentang istawaa-Nya diatas 'Arsy-Nya dalam tujuh tempat di dalam kitab-Nya Al-Qur'an. Dan semuanya dengan lafadz "istawaa". Ini menjadi dalil yang sangat besar bahwa yang dikehendaki dengan istawaa ialah secara hakekat, bukan "istawla" dengan jalan menta'wilnya.

Telah berfirman Allah 'Azza wa Jalla di Muhkam Tanzil-Nya.
Artinya :
"Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istawaa" (Thaha : 5)
"Kemudian Ia istawaa (bersemayam) di atas 'Arsy".
Pada enam tempat. Ia berfirman di kitab-Nya yaitu :
Surat Al-A'raf ayat 54
Surat Yunus ayat 3
Surat Ar-Ra'du ayat 2
Surat Al-Furqaan ayat 59
Surat As-Sajdah ayat 4
Surat Al-Hadid ayat 4
Menurut lughoh/bahasa, apabila fi'il istiwaa dimuta'adikan oleh huruf 'Ala, tidak dapat dipahami/diartikan lain kecuali berada diatasnya.
Firman Allah 'Azza wa Jalla :
Artinya :
"Dan berhentilah kapal (Nuh) diatas gunung/bukit Judi" (Hud : 44).
Di ayat ini fi'il "istawaa" dimuta'addikan oleh huruf 'Ala yang tidak dapat dipahami dan diartikan kecuali kapal Nabi Nuh AS secara hakekat betul-betul berlabuh/berhenti diatas gunung Judi. Dapatkah kita artikan bahwa "Kapal Nabi Nuh menguasai gunung Judi" yakni menta'wil lafadz "istawat" dengan lafadz "istawlat" yang berada di tempat yang lain bukan di atas gunung Judi..? (yang sama dengan ayat di atas, baca surat Az-Zukhruf : 13).

Berkata Mujahid (seorang Tabi'in besar murid Ibnu Abbas).
Artinya :
"Ia istawaa (bersemayam) di atas "Arsy" maknanya :
"Ia berada tinggi di atas "Arsy"
(Riwayat Imam Bukhari di sahihnya Juz 8 hal : 175)
Berkata Imam Ibnu Khuzaimah -Imamnya para Imam- di kitabnya "At-Tauhid" (hal: 101):
Artinya :
"Kami beriman dengan khabar dari Allah Jalla wa A'laa (yang Maha Besar dan Maha tinggi) sesungguhnya pencipta kami (Allah) Ia istiwaa di atas 'Arsy-Nya. Kami tidak akan mengganti/mengubah Kalam (firman) Allah dan kami tidak akan mengucapkan perkataan yang tidak pernah dikatakan (Allah) kepada kami sebagimana (kaum) Jahmiyyah yang menghilangkan sifat-sifat Allah, dengan mengatakan "Sesungguhnya Ia (Allah) istawla (menguasai) 'Arsy-Nya tidak istawaa!". Maka mereka telah mengganti perkataan yang tidak pernah dikatakan (Allah) kepada mereka seperti perbuatan Yahudi tatkala mereka diperintah mengucapkan : "Hith-thatun (ampunkanlah dosa-dosa kami)" Tetapi mereka mengucapkan : "Hinthah (gandum).?". Mereka (kaum Yahudi) telah menyalahi perintah Allah yang Maha Besar dan Maha tinggi, begitu pula dengan (kaum) Jahmiyyah".
Yakni, Allah telah menegaskan pada tujuh tempat di kitab-Nya yang mulia, bahwa Ia istiwaa di atas 'Arsy-Nya (Dzat Allah istiwaa/bersemayam di atas 'Arsy-Nya yang sesuai dengan kebesaran-Nya, sedangkan ilmu-Nya berada dimana-mana/tiap-tiap tempat tidak satupun tersembunyi dari pengetahuan-Nya). Kemudian datanglah kaum Jahmiyyah mengubah firman Allah istawaa dengan istawla yakni menguasai 'Arsy sedangkan Dzat Allah berada dimana-mana/tiap-tiap tempat !!!. Maha Suci Allah dari apa-apa yang disifatkan kaum Jahmiyyah !

Adapun madzhab Salaf, mereka telah beriman dengan menetapkan (istbat) sesungguhnya Allah Azza wa Jalla istiwaa -dan bukan istawla- di atas 'Arsy-Nya tanpa :
Tahrif yakni ; Merubah lafadz atau artinya.
Ta'wil yakni ; Memalingkan dari arti yang zhahir kepada arti yang lain.
Ta'thil yakni ; Meniadakan/menghilangkan sifat-sifat Allah baik sebagian maupun secara keseluruhannya.
Tasybih yakni ; Menyerupakan Allah dengan mahluk.
Takyif yakni ; Bertanya dengan pertanyaan : Bagaimana (caranya) ?
Alangkah bagusnya jawaban Imam Malik ketika beliau ditanya :
"Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas 'Arsy ?. Beliau menjawab :
Artinya :
"Istiwaa itu bukanlah sesuatu yang tidak dikenal (yakni telah kita ketahui artinya), tetapi bagaimana caranya (Allah istiwaa) tidaklah dapat dimengerti, sedang iman dengannya (bahwa Allah istiwaa) wajib, tetapi bertanya tentangnya (bagaimana caranya) adalah bid'ah".
(baca : Fatwa Hamawiyyah Kubra hal : 45-46).

Perhatikan !


1. 'Arsy adalah mahluk Allah yang paling tinggi berada diatas tujuh langit dan sangat besar sekali sebagaimana diterangkan Ibnu Abbas :
Artinya :
"Dan 'Arsy tidak seorangpun dapat mengukur berapa besarnya".
Berkata Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" (hal : 102) : rawi-rawinya tsiqaat (terpercaya).

Muhammad Nashiruddin Al-Albani mengatakan : Sanadnya shahih semua riwayatnya tsiqaat. (dikeluarkan oleh Imam ibnu Khuzaimah di kitabnya "At-Tauhid").

2. Bahwa Allah 'Azza wa Jalla -istiwaa-Nya di atas 'Arsy- tidak tergantung kepada 'Arsy. Bahkan sekalian mahluk termasuk 'Arsy bergantung kepada Allah Azza wa Jalla.

Firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Sesungguhnya Allah Maha Kaya dari sekalian alam" (Al-Ankabut : 6) Yakni : Allah tidak berkeperlaun kepada sekalian mahluk".

Ketiga
Penunjukan Beberapa Dalil dari Al-Qur'an dan Hadits yang Shahih.

Firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Apakah kamu merasa aman terhadap DZAT yang di atas langit, bahwa Ia akan menenggelamkan ke dalam bumi, maka tiba-tiba ia (bumi) bergoncang ?" (Al-Mulk : 16)
"Ataukah kamu (memang) merasa aman terhadap DZAT yang di atas langit bahwa Ia akan mengirim kepada kamu angin yang mengandung batu kerikil ? Maka kamu akan mengetahui bagaimana ancaman-Ku". (Al-Mulk : 17).
Berkata Imam Ibnu Khuzaimah -setelah membawakan dua ayat di atas di kitabnya "At-Tauhid" (hal : 115).
Artinya :
"Bukankah Ia telah memberitahukan kepada kita -wahai orang yang berakal- yaitu ; apa yang ada diantara keduanya sesungguhnya Ia di atas langit".
Berkata Imam Abul Hasan Al-Asy'ary di kitabnya "Al-Ibanah Fi Ushulid-diayaanah hal : 48) setelah membawakan ayat di atas : "Di atas langit-langit itu adalah 'Arsy, maka tatkala 'Arsy berada di atas langit-langit. Ia berfirman : "Apakah kamu merasa aman terhadap Dzat yang berada di atas langit ?" Karena sesungguhnya Ia istiwaa (bersemayam) di atas 'Arsy yang berada di atas langit, dan tiap-tiap yang tinggi itu dinamakan 'As-Samaa" (langit), maka 'Arsy berada di atas langit. Bukankah yang dimaksud apabila Ia berfirman : "Apakah kamu merasa aman terhadap Dzat yang diatas langit ?" yakni seluruh langit ! Tetapi yang Ia kehendaki adalah 'Arsy yang berada di atas langit".

Saya berpandangan (Abdul Hakim bin Amir Abdat) : Dua ayat di atas sangat tegas sekali yang tidak dapat dibantah dan ta'wil bahwa lafadz "MAN" tidak mungkin difahami selain dari Allah 'Azza wa Jalla. Bukan Malaikat-Nya sebagaimana dikatakan oleh kaum Jahmiyyah dan yang sepaham dengannya, yang telah merubah firman Allah 'Azza wa Jalla. Bukankah dlamir (kata ganti) pada fi'il (kata kerja) "yakhtsif" (Ia menenggelamkan) dan "yartsil" (Ia mengirim) adalah "huwa" (Dia) ? siapakah Dia itu kalau bukan Allah 'Azza wa Jalla.

Firman Allah :
Artinya :
"Mereka (para Malaikat) takut kepada Tuhan mereka yang berada di atas mereka, dan mereka mengerjakan apa-apa yang diperintahkan". (An-Nahl : 50).
Ayat ini tegas sekali menyatakan bahwa Allah 'Azza wa Jalla berada di atas bukan di mana-mana tempat. Karena lafadz "fawqo" (di atas) apabila di majrur dengan huruf "min" dalam bahasa Arab menunjukan akan ketinggian tempat. Dan tidak dapat di ta'wil dengan ketinggian martabat, sebagaimana dikatakan kaum Jahmiyyah dan yang sepaham dengan mereka. Alangkah zhalimnya mereka ini yang selalu merubah-rubah firman Tuhan kita Allah Jalla Jalaa Luhu.

Berkata Imam Ibnu Khuzaimah di kitabnya "At-Tauhid" (hal : 111): "Tidaklah kalian mendengar firman pencipta kita 'Azza wa Jalla yang mensifatkan diri-Nya.
Artinya :
"Dan Dialah (Allah) yang Maha Kuasa di atas hamba-hamba-Nya". (Al-An'am : 18 & 61).
Berkata Imam Ibnu Khuzaimah di kitabnya tersebut : "Tidakkah kalian mendengar wahai penuntut ilmu. Firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala kepada Isa bin Maryam :
Artinya :
"Wahai Isa ! Sesungguhnya Aku akan mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku" (Ali Imran : 55)
Ibnu Khuzaimah menerangkan : Bukankah "mengangkat" sesuatu itu dari bawah ke atas (ke tempat yang tinggi) tidak dari atas ke bawah!. Dan firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Tetapi Allah telah mengangkat dia (yakni Nabi Isa) kepada-Nya" (An-Nisa' : 158).
Karena "Ar-raf'ah" = mengangkat dalam bahasa Arab yang dengan bahasa mereka kita diajas berbicara (yakni Al-Qur'an) dalam bahasa Arab yang hanya dapat diartikan dari bawah ke tempat yang tinggi dan di atas" (kitab At-Tauhid : 111).

Sekarang dengarlah wahai orang yang berakal, kisah Fir'aun bersama Nabi Allah Musa 'Alaihis Salam di dalam kitab-Nya yang mulia, dimana Fir'aun telah mendustakan Musa yang telah mengabarkan kepadanya bahwa Tuhannya Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas langit :
Artinya :
"Dan berkata Fir'aun : Hai Haman! Buatkanlah untukku satu bangunan yang tinggi supaya aku (dapat) mencapai jalan-jalan. (Yaitu) jalan-jalan menuju ke langit supaya aku dapat melihat Tuhan(nya) Musa, karena sesungguhnya aku mengira dia itu telah berdusta". (Al-Mu'min : 36-37. Al-Qashash : 38).
Perhatikanlah wahai orang yang berakal!. Perintah Fir'aun kepada Haman -menterinya- untuk membuatkan satu bangunan yang tinggi supaya ia dapat jalan ke langit untuk melihat Tuhannya Musa. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Musa telah memberitahukan kepadanya bahwa Tuhannya -Allah Subhanahu wa Ta'ala- berada di atas langit-.

Kalau tidak demikian, yakni misalnya Nabi Musa mengatakan bahwa Tuhannya ada dimana-mana tempat -sebagaimana dikatakan kaum Jahmiyyah- tentu Fir'aun yang disebabkan karena kekafirannya dan pengakuannya sebagai Tuhan, akan mengerahkan bala tentaranya untuk mencari Tuhannya Musa di istananya, di rumah-rumah Bani Israil, di pasar-pasar dan di seluruh tempat di timur dan di barat !?. Tetapi tatkala Nabi Musa dengan perkataannya: "Sesungguhnya aku mengira dia ini berdusta !". Yakni tentang perkataan Musa bahwa Tuhannya di atas langit.

Perhatikanlah, wahai orang yang berakal !. Keadaan Fir'aun yang mendustakan Nabi Musa dengan kaum Jahmiyyah dan yang sepaham dengan mereka yang telah merubah firman Allah dengan mengatakan : Allah ada di segala tempat !.

Ketahuilah ! Bahwa pemahaman di atas bukanklah hasil dari pikiran saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) tetapi pemahaman Ulama-ulama kita diantaranya :
Imam Ibnu Khuzaimah di kitabnya "At-Tauhid" (hal : 114-115) diantara keterangannya :"Perkataan Fir'aun (sesungguhnya aku menyangka/mengira ia termasuk dari orang-orang yang berdusta) terdapat dalil bahwa Musa telah memberitahukan kepada Fir'aun :" Bahwa Tuhannya Yang Maha Besar dan Maha Tinggi berada di tempat yang tinggi dan di atas".
Berkata Imam Al-Asy'ary setelah membawakan ayat di atas : "Fir'aun telah mendustakan Musa tentang perkataannya : Sesungguhnya Allah di atas langit" (Al-Ibanah : 48).
Berkata Imam Ad-Daarimi di kitabnya "Raddu 'Alal Jahmiyyah hal : 37 Setelah membawakan ayat di atas : " Di dalam ayat ini terdapat keterangan yang sangat jelas dan dalil yang nyata, bahwa Musa telah mengajak Fir'aun mengenal Allah bahwa Ia berada di atas langit. Oleh karena itu Fir'aun memerintahkan membuat bangunan yang tinggi".
Berkata Syaikhul Islam Al-Imam As-Shaabuny di kitabnya "Itiqad Ahlus Sunnah wa Ashabul Hadits wal A'imah " (hal : 15) : "Bahwasanya Fir'aun mengatakan demikian (yakni menuduh Musa berdusta) karena ia telah mendengar Musa AS menerangkan bahwa Tuhannya berada diatas langit. Tidakkah engkau perhatikan perkataannya : "Sesungguhnya aku mengira dia itu berdusta" yakni tentang perkataan Musa : "Sesungguhnya di atas langit ada Tuhan".
Imam Abu Abdillah Haarits bin Ismail Al-Muhaasiby diantara keterangannya :"Berkata Fir'aun : (Sesungguhnya aku mengira dia itu berdusta) tentang apa yang ia (Musa) katakan kepadaku : "Sesungguhnya Tuhannya berada di atas langit". Kemudian beliau menerangkan : "Kalau sekiranya Musa mengatakan : "Sesungguhnya Allah berada di tiap-tiap tempat dengan Dzatnya, nisacaya Fir'aun akan mencari di rumahnya, atau di hadapannya atau ia merasakannya, -Maha Tinggi Allah dari yang demikian- tentu Fir'aun tidak akan menyusahkan dirinya membuat bangunan yang tinggi". (Fatwa Hamawiyyah Kubra : 73).
Berkata Imam Ibnu Abdil Bar : "Maka (ayat ini) menunjukan sesungguhnya Musa mengatakan (kepada Fir'aun) : "Tuhanku di atas langit ! sedangkan Fir'aun menuduhnya berdusta". (baca Ijtimaaul Juyusy Al-Islamiyyah hal : 80).
Berkata Imam Al-Waasithi di kitabnya "An-Nahihah fi Shifatir Rabbi Jalla wa 'Alaa" (hal : 23 cetakan ke-3 th 1982 Maktab Al-Islamy) : "Dan ini menunjukkan bahwa Musa telah mengabarkan kepadanya bahwa Tuhannya yang Maha Tinggi berada di atas langit. Oleh karena itu Fir'aun berkata : "Sesungguhnya aku mengira dia ini berdusta".
Demikianlah penjelasan dari tujuh Imam besar di dalam Islam tentang ayat di atas, selain masih banyak lagi yang kesimpulannya : "Bahwa mendustakan Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di atas langit di atas 'Arsy-Nya, Ia istiwaa (bersemayam) yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya, adalah ; sunnahnya Fir'aun". Na'udzu billah !!.

Sampai disini pembahasan beberapa dalil dari kitab Allah -salain masih banyak lagi- yang cukup untuk diambil pelajaran bagi mereka yang ingin mempelajarinya. Firman Allah Subahanhu wa Ta'ala.
Artinya :
"Ambillah pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai pandangan !" (Al-Hasyr : 2).
Adapun dalil-dalil dari hadits Nabi SAW banyak sekali. Dibawah ini akan disebutkan beberapa diantaranya :
Nabi kita SAW telah bersabda :
Artinya :
"Orang-orang yang penyayang, mereka itu akan disayang oleh Allah Tabaaraka wa Ta'ala (Yang Maha berkat dan Maha Tinggi). oleh karena itu sayangilah orang-orang yang di muka bumi, niscaya Dzat yang di atas langit akan menyayangi kamu". (Shahih. Diriwayatkan oleh Imam-imam : Abu Dawud No. 4941. Ahmad 2/160. Hakim 4/159. dari jalan Abdullah bin 'Amr bin 'Ash. Hadits ini telah dishahihkan oleh Imam Hakim dan telah pula disetujui oleh Imam Dzahabi. Demikian juga Al-Albani telah menyatakan hadits ini shahih dikitabnya "Silsilah Shahihah No. 925".
"Barangsiapa yang tidak menyayangi orang yang dimuka bumi, niscaya tidak akan di sayang oleh Dzat yang di atas langit". (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Thabrani di kitabnya "Mu'jam Kabir No. 2497 dari jalan Jarir bin Abdullah. Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" hal : 83 diringkas oleh Al-Albani) mengatakan : Rawi-rawinya tsiqaat/kepercayaan).
"Tidakkah kamu merasa aman kepadaku padahal aku orang kepercayaan Dzat yang di atas langit, datang kepadaku berita (wahyu) dari langit di waktu pagi dan petang". (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim 3/111 dan Ahmad 3/4 dari jalan Abu Sa'id Al-Khudry).
"Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya ! Tidak seorang suamipun yang mengajak istrinya ke tempat tidurnya (bersenggama), lalu sang istri menolaknya, melainkan Dzat yang di atas langit murka kepadanya sampai suaminya ridla kepadanya ".(Shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim 4/157 dari jalan Abu Hurarirah).
Keterangan :
"Dzat yang di atas langit yakni Allah 'Azza wa Jalla (perhatikan empat hadits diatas)".
"Silih berganti (datang) kepada kamu Malaikat malam dan Malaikat siang dan mereka berkumpul pada waktu shalat shubuh dan shalat ashar. Kemudian naik malaikat yang bermalam dengan kamu, lalu Tuhan mereka bertanya kepada mereka, padahal Ia lebih tahu keadaan mereka : "Bagaimana (keadaan mereka) sewaktu kamu tinggalkan hamba-hamba-Ku ? Mereka menjawab : "Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami datang kepada mereka dalam keadaan shalat". (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari 1/139 dan Muslim 2/113 dll).
Keterangan :
"Sabda Nabi SAW : "Kemudian NAIK Malaikat-malaikat yang bermalam ...dst" Menunjukan bahwa Pencipta kita Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di atas. Hal ini juga menunjukan betapa rusaknya pikiran dan fitrahnya kaum Jahmiyyah yang mengatakan Pencipta kita, tidak berada di atas tetapi di segala tempat ? Maha Suci Allah ! Dan Maha Tinggi Allah dari segala ucapan kaum Jahmiyyah dan yang sepaham dengan mereka !.
"Jabir bin Abdullah telah meriwayatkan tentang sifat haji Nabi dalam satu hadits yang panjang yang didalamnya diterangkan khotbah Nabi SAW di padang 'Arafah : "(Jabir menerangkan) : Lalu Nabi SAW mengangkat jari telunjuknya ke arah langit, kemudian beliau tunjukkan jarinya itu kepada manusia, (kemudian beliau berdo'a) : "Ya Allah saksikanlah ! Ya Allah saksikanlah ! ( Riwayat Imam Muslim 4/41).
Sungguh hadits ini merupakan tamparan yang pedas di muka-muka kaum Ahlul Bid'ah yang selalu melarang kaum muslimin berisyarat dengan jarinya ke arah langit. Mereka berkata : Kami khawatir orang-orang akan mempunyai i'tiqad bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di atas langit ! Padahal Allah tidak bertempat tetapi Ia berada di segala tempat !?.

Demikianlah kekhawatiran yang dimaksudkan syaithan ke dalam hati ketua-ketua mereka. Yang pada hakekatnya mereka ini telah membodohi Nabi SAW yang telah mengisyaratkan jari beliau ke arah langit.

Perhatikanlah perkataan mereka : "Allah tidak bertempat tetapi Ia berada di segala tempat !?"

Perhatikanlah ! Adakah akal yang shahih dan fitrah yang bersih dapat menerima dan mengerti perkataan di atas !?.

Mereka mengatakan Allah tidak bertempat karena akan menyerupai dengan mahluk-Nya. Tetapi pada saat yang sama mereka tetapkan bahwa Allah berada disegala tempat atau dimana-mana tempat !?.

Ya Subhanallah !
Artinya :
"Dari Ibnu Abbas (ia berkata) : " Bahwa Rasulullah SAW berkhotbah kepada manusia pada hari Nahr (tgl. 10 Zulhijah) -kemudian Ibnu Abbas menyebutkan khotbah Nabi SAW- kemudian beliau mengangkat kepalanya (ke langit) sambil mengucapkan : Ya Allah bukankah Aku telah menyampaikan ! Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan !. (Riawayat Imam Bukhari Juz 2 hal : 191).
Perhatikan wahai orang yang berakal ! Perbuatan Rasulullah SAW mengangkat kepalanya ke langit mengucapkan : Ya Allah !.

Rasulullah SAW menyeru kepada Tuhannya Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berada di atas langit yakni di atas 'Arsy di atas sekalian mahluk-Nya. Kemudian perhatikanlah kaum Jahmiyyah yang mengatakan Allah ada di segala tempat, dibawah mahluk, di jalan-jalan, di tempat-tempat yang kotor, dan di perut-perut hewan !?

Maha Suci Allah ! Maha Suci Allah dari apa yang disifatkan oleh kaum Jahmiyyah dan yang sama dengan mereka !.
Artinya :
"Dari Aisyah, ia berkata : "Nabi SAW mengangkat kepalanya ke langit. (Riwayat Imam Bukhari 7/122).

Keempat
Keterangan Para Sahabat Nabi SAW, dan Ulama-Ulama Islam.

Adapun keterangan dari para sahabat Nabi SAW, dan Imam-imam kita serta para Ulama dalam masalah ini sangat banyak sekali, yang tidak mungkin kami turunkan satu persatu dalam risalah kecil ini, kecuali beberapa diantaranya.

1. Umar bin Khatab pernah mengatakan :
Artinya :
"Hanyasanya segala urusan itu (datang/keputusannya) dari sini". Sambil Umar mengisyaratkan tangannya ke langit " [Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" hal : 103. mengatakan : Sanadnya seperti Matahari (yakni terang benderang keshahihannya)].

2. Ibnu Mas'ud berkata :
Artinya :
"'Arsy itu diatas air dan Allah 'Azza wa Jalla di atas 'Arsy, Ia mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan".
Riwayat ini shahih dikeluarkan oleh Imam Thabrani di kitabnya "Al-Mu'jam Kabir" No. 8987. dan lain-lain Imam.
Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" hal : 103 berkata : sanadnya shahih,dan Muhammad Nashiruddin Al-Albani menyetujuinya (beliau meringkas dan mentakhrij hadits ini di kitab Al-Uluw).
Tentang 'Arsy Allah di atas air ada firman Allah 'Azza wa Jalla.
"Dan adalah 'Arsy-Nya itu di atas air" (Hud : 7)

3. Anas bin Malik menerangkan :
Artinya :
"Adalah Zainab memegahkan dirinya atas istri-istri Nabi SAW, ia berkata : "Yang mengawinkan kamu (dengan Nabi) adalah keluarga kamu, tetapi yang mengawinkan aku (dengan Nabi) adalah Allah Ta'ala dari ATAS TUJUH LANGIT".
Dalam satu lafadz Zainab binti Jahsyin mengatakan :
"Sesungguhnya Allah telah menikahkan aku (dengan Nabi) dari atas langit". (Riwayat Bukhari juz 8 hal:176). Yakni perkawinan Nabi SAW dengan Zainab binti Jahsyin langsung Allah Ta'ala yang menikahinya dari atas 'Arsy-Nya.
Firman Allah di dalam surat Al-Ahzab : 57
"Kami kawinkan engkau dengannya (yakni Zainab)".

4. Imam Abu Hanifah berkata :
Artinya :
"Barangsiapa yang mengingkari sesungguhnya Allah berada di atas langit, maka sesungguhnya ia telah kafir".
Adapun terhadap orang yang tawaqquf (diam) dengan mengatakan "aku tidak tahu apakah Tuhanku di langit atau di bumi". Berkata Imam Abu Hanifah : "Sesungguhnya dia telah 'Kafir !". Karena Allah telah berfirman : "Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istiwaa". Yakni : Abu Hanifah telah mengkafirkan orang yang mengingkari atau tidak tahu bahwa Allah istiwaa diatas 'Arsy-Nya.

5. Imam Malik bin Anas telah berkata :
Artinya :
"Allah berada di atas langit, sedangkan ilmunya di tiap-tiap tempat, tidak tersembunyi sesuatupun dari-Nya".

6. Imam Asy-Syafi'iy telah berkata :
Artinya :
"Dan sesungguhnya Allah di atas 'Arsy-Nya di atas langit-Nya"

7. Imam Ahmad bin Hambal pernah di tanya : "Allah di atas tujuh langit diatas 'Arsy-
Nya, sedangkan kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya berada di tiap-tiap tempat .?

Jawab Imam Ahmad :
Artinya :
"Benar ! Allah di atas 'Arsy-Nya dan tidak sesuatupun yang tersembunyi dari pengetahuan-nya".

8. Imam Ali bin Madini pernah ditanya : "Apa perkataan Ahlul Jannah ?".
Beliau menjawab :
Artinya :
"Mereka beriman dengan ru'yah (yakni melihat Allah pada hari kiamat dan di sorga khusus bagi kaum mu'minin), dan dengan kalam (yakni bahwa Allah berkata-kata), dan sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla di atas langit di atas 'Arsy-Nya Ia istiwaa".

9. Imam Tirmidzi telah berkata :
Artinya :
"Telah berkata ahli ilmu : "Dan Ia (Allah) di atas 'Arsy sebagaimana Ia telah sifatkan diri-Nya".
(Baca : "Al-Uluw oleh Imam Dzahabi yang diringkas oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di hal : 137,140,179,188,189 dan 218. Fatwa Hamawiyyah Kubra oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hal: 51,52,53,54 dan 57).

10. Telah berkata Imam Ibnu Khuzaimah -Imamnya para imam- :
Artinya :
"Barangsiapa yang tidak menetapkan sesungguhnya Allah Ta'ala di atas 'Arsy-Nya Ia istiwaa di atas tujuh langit-Nya, maka ia telah kafir dengan Tuhannya...".
(Riwayat ini shahih dikeluarkan oleh Imam Hakim di kitabnya Ma'rifah "Ulumul Hadits" hal : 84).
11. Telah berkata Syaikhul Islam Imam Abdul Qadir Jailani -diantara perkataannya- :
"Tidak boleh mensifatkan-Nya bahwa Ia berada diatas tiap-tiap tempat, bahkan (wajib) mengatakan : Sesungguhnya Ia di atas langit (yakni) di atas 'Arsy sebagaimana Ia telah berfirman :" Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istiwaa (Thaha : 5). Dan patutlah memuthlakkan sifat istiwaa tanpa ta'wil sesungguhnya Ia istiwaa dengan Dzat-Nya di atas 'Arsy. Dan keadaan-Nya di atas 'Arsy telah tersebut pada tiap-tiap kitab yang. Ia turunkan kepada tiap-tiap Nabi yang Ia utus tanpa (bertanya) :"Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas 'Arsy-Nya ?" (Fatwa Hamawiyyah Kubra hal : 87).
Yakni : Kita wajib beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala istiwaa di atas 'Arsy-Nya yang menunjukan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas sekalian mahluk-Nya. Tetapi wajib bagi kita meniadakan pertanyaan : "Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas 'Arsy-Nya ?". Karena yang demikian tidak dapat kita mengerti sebagaimana telah diterangkan oleh Imam Malik dan lain-lain Imam. Allah istiwaa sesuai dengan kebesaran-Nya tidak serupa dengan istiwaanya mahluk sebagaiamana kita meniadakan pertanyaan : Bagaimana Dzatnya Allah ?.
Demikianlah aqidah salaf, salah satunya ialah Imam Abdul Qadir Jailani yang di Indonesia, di sembah-sembah dijadikan berhala oleh penyembah-penyembah qubur dan orang-orang bodoh. Kalau sekiranya Imam kita ini hidup pada zaman kita sekarang ini dan beliau melihat betapa banyaknya orang-orang yang menyembah dengan meminta-minta kepada beliau dengan "tawasul", tentu beliau akan mengingkari dengan sangat keras dan berlepaas diri dari qaum musyrikin tersebut.
Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'un !!.


Kelima
Kesimpulan

Hadits Jariyah (budak perempuan) ini bersama hadits-hadits yang lain yang sangat banyak dan berpuluh-puluh ayat Al-Qur'an dengan tegas dan terang menyatakan : "Sesungguhnya Pencipta kita Allah 'Azza wa Jalla di atas langit yakni di atas 'Arsy-Nya, yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya". Maha Suci Allah dari menyerupai mahluk-Nya.!.

Dan Maha Suci Allah dari ta'wilnya kaum Jahmiyyah yang mengatakan Allah ada dimana-mana tempat !??.

Dapatlah kami simpulkan sebagai berikut :
Sesungguhnya bertanya dengan pertanyaan : "Dimana Allah ?, disyariatkan dan penanya telah mengikuti Rasulullah SAW.
Wajib menjawab : "Sesungguhnya Allah di atas langit atau di atas 'Arsy". Karena yang dimaksud di atas langit adalah di atas 'Arsy. Jawaban ini membuktikan keimanannya sebagi mu'min atau mu'minah. Sebagaimana Nabi SAW, telah menyatakan keimanan budak perempuan, karena jawabannya : Allah di atas langit !.
Wajib mengi'tiqadkan sesungguhnya Allah di atas langit, yakni di atas 'Arsy-Nya.
Barangsiapa yang mengingkari wujud Allah di atas langit, maka sesungguhnya ia telah kafir.
Barangsiapa yang tidak membolehkan bertanya : Dimana Allah ? maka sesunguhnya ia telah menjadikan dirinya lebih pandai dari Rasulullah SAW, bahkan lebih pandai dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Na'udzu billah.
Barangsiapa yang tidak menjawab : Sesungguhnya Allah di atas langit, maka bukanlah ia seorang mukmin atau mukminah.
Barangsiapa yang mempunyai iti'qad bahwa bertanya :"Dimana Allah ?" akan menyerupakan Allah dengan mahluk-nya, maka sesunguhnya ia telah menuduh Rasulullah SAW jahil/bodoh !. Na'udzu billah !
Barangsiapa yang mempunyai iti'qad bahwa Allah berada dimana-mana tempat, maka sesunguhnya ia telah kafir.
Barangsiapa yang tidak mengetahui dimana Tuhannya, maka bukankah ia penyembah Allah 'Azza wa Jalla, tetapi ia menyembah kepada "sesuatu yang tidak ada".
Ketahuilah ! Bahwa sesunguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas langit, yakni di atas 'Arsy-Nya di atas sekalian mahluk-Nya, telah setuju dengan dalil naqli dan aqli serta fitrah manusia. Adapun dalil naqli, telah datang berpuluh ayat Al-Qur'an dan hadits yang mencapai derajat mutawatir. Demikian juga keterangan Imam-imam dan Ulama-ulama Islam, bahkan telah terjadi ijma' diantara mereka kecuali kaum ahlul bid'ah. Sedangkan dalil aqli yang sederhanapun akan menolak jika dikatakan bahwa Allah berada di segala tempat !. Adapun fitrah manusia, maka lihatlah jika manusia -baik muslim atau kafir- berdo'a khususnya apabila mereka terkena musibah, mereka angkat kepala-kepala mereka ke langit sambil mengucapkan 'Ya ... Tuhan..!. Manusia dengan fitrahnya mengetahui bahwa penciptanya berada di tempat yang tinggi, di atas sekalian mahluk-Nya yakni di atas 'Arsy-Nya. Bahkan fitrah ini terdapat juga pada hewan dan tidak ada yang mengingkari fitrah ini kecuali orang yang telah rusak fitrahnya.

Tambahan
Sebagian ikhwan telah bertanya kepada saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) tentang ayat :
Artinya :
"Dan Dia-lah Allah di langit dan di bumi, Dia mengetahui rahasia kamu dan yang kamu nyatakan, dan Dia mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan ". (Al-An'am : 3)

Saya jawab : Ahli tafsir telah sepakat sebagaimana dinukil Imam Ibnu Katsir mengingkari kaum Jahmiyyah yang membawakan ayat ini untuk mengatakan :

"Innahu Fii Qulli Makaan"
"Sesungguhnya Ia (Allah) berada di tiap-tiap tempat !".

Maha Suci Allah dari perktaan kaum Jahmiyyah ini !

Adapun maksud ayat ini ialah :
Dialah yang dipanggil (diseru/disebut) Allah di langit dan di bumi.
Yakni : Dialah yang disembah dan ditauhidkan (diesakan) dan ditetapkan bagi-Nya Ilaahiyyah (Ketuhanan) oleh mahluk yang dilangit dan mahluk yang di bumi, kecuali mereka yang kafir dari golongan Jin dan manusia.
Ayat tersebut seperti juga firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Artinya :
"Dan Dia-lah yang di langit (sebagai) Tuhan, dan di bumi (sebagai) Tuhan, dan Dia Maha Bijaksana (dan) Maha mengetahui". (Az-Zukhruf : 84)
Yakni : Dia-lah Allah Tuhan bagi mahluk yang di langit dan bagi mahluk yang di bumi dan Ia disembah oleh penghuni keduanya. (baca : Tafsir Ibnu Katsir Juz 2 hal 123 dan Juz 4 hal 136).

Bukanlah dua ayat di atas maksudnya : Allah ada di langit dan di bumi atau berada di segala tempat!. Sebagaimana ta'wilnya kaum Jahmiyyah dan yang sepaham dengan mereka. Atau perkataan orang-orang yang "diam" Tidak tahu Allah ada di mana !.

Mereka selain telah menyalahi ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits Nabi serta keterangan para sahabat dan Imam-imam Islam seluruhnya, juga bodoh terhadap bahasa Arab yang dengan bahasa Arab yang terang Al-Quran ini diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Imam Abu Abdillah Al-Muhasiby dalam keterangan ayat di atas (A-Zukhruf : 84) menerangkan : "Yakni Tuhan bagi penduduk langit dan Tuhan bagi penduduk bumi. Dan yang demikian terdapat di dalam bahasa, (umpamanya ) engkau berkata : "Si Fulan penguasa di (negeri) Khirasan, dan di Balkh, dan di Samarqand", padahal ia berada di satu tempat". Yakni : Tidak berarti ia berada di tiga tempat meskipun ia menguasai ketiga negeri tersebut. Kalau dalam bahasa Indonesia, umpamanya kita berkata "Si Fulan penguasa di Jakarta, dan penguasa di Bogor, dan penguasa di Bandung". Sedangkan ia berada di satu tempat.

Bagi Allah ada perumpamaan/misal yang lebih tinggi (baca : Fatwa Hamawiyyah Kubra hal : 73).

Adapun orang yang "diam" (tawaqquf) dengan mengatakan : "Kami tidak tahu Dzat Allah di atas 'Arsy atau di bumi", mereka ini adalah orang-orang yang telah memelihara kebodohan !. Allah Rabbul 'Alamin telah sifatkan diri-Nya dengan sifat-sifat ini, yang salah satunya bahwa Ia istiwaa (bersemayam) di atas 'Arsy-Nya supaya kita mengetahui dan menetapkannya. Oleh karena itu "diam" darinya dengan ucapan "kita tidak tahu" nyata telah berpaling dari maksud Allah. Pantaslah kalau Abu Hanifah mengkafirkan orang yang berfaham demikian, sama seperti orang yang menta'wilnya.

TAREKAT SUFI

TAREKAT SUFI





KATA PENGANTAR

Pada edisi kali ini, kami angkat permasalahan mengenai Fatwa Tentang Tarekat Sufi oleh Lajnah Daimah Li al-Buhuts Ilmiyah wa al-Ifta Saudi Arabia, berkenan dengan pertanyaan yang di ajukan oleh seorang penanya berasal dari Kuwait. Fatwa ini dikeluarkan tanggal 18 Jumadil Awal 1414H dengan No. Fatwa 16011, dan dimuat di majalah As-Sunnah Edisi 17/II/1416H-1996M.


PERTANYAAN TENTANG TAREKAT SUFI.

Ada sebuah perkumpulan wanita dari Kuwait. Mereka menyebarkan dakwah sufi beraliran Naqsyabandiyah secara sembunyi-sembunyi, perkumpulan wanita tersebut berada dibawah naungan lembaga resmi.

Kami telah mempelajari kitab-kitab mereka, dan berdasarkan pengakuan mereka, yang pernah ikut perkumpulan wanita ini, tarekat ini memiliki pemahaman diantaranya :
· Barangsiapa yang tidak mempunyai syaikh, maka yang menjadi syaikhnya adalah syetan.
· Barangsiapa yang tidak bisa mengambil ahlak syaikh/gurunya, maka tidak akan bermanfaat baginya Kitab dan Sunnah.
· Barangsiapa yang mengatakan pada syaikhnya, "Mengapa begitu ?" Maka, tak akan sukses selamanya.
Selain itu, mereka berdzikir (dengan tata cara sufi, tentunya) seraya membawa gambar syaikhnya. Mereka suka mencium tangan gurunya yang bergelar Al-Anisaa, dan berasal dari negeri Arab. Mereka menganggap akan mendapat berkah dengan meminum air sisa sang gurunya.

Mereka menulis do'a dengan do'a khusus yang dinukil dari buku Al-Lu'lu wa Al-Marjan Fi Taskhiri Muluki Al-Jann. Dan dalam lapangan pendidikan, perkumpulan ini membangun madarasah khusus untuk kalangan sendiri, mereka didik anak-anak berdasarkan ide-ide kelompoknya, bahkan ada di antaranya yang mengajar di sekolah-sekolah negeri umum, baik jenjang setingkat SMP maupun SMA.

Sebagian mereka ada yang berpisah dengan suami dan meminta cerai lewat pengadilan, hal itu terjadi manakala sang suami menyuruh sang istri agar menjauh dari aliran yang sesat ini. Pertanyaan yang kami ajukan :
1. Bagaimanakah menurut syariat tentang perkumpulan wanita tersebut ?.
2. Diperbolehkan mengawini mereka ?.
3. Bagaimana pula hukumnya dengan akad nikah yang telah berlangsung selama ini ?.
4. Sekarang, nasihat dan ancaman yang bagaimana yang pantas untuk mereka ?.
Mohon penjelasan.


JAWAB :

Tarekat sufi, salah satunya Naqsyabandiyah, adalah aliran sesat dan bid'ah, menyeleweng dari Kitab dan Sunnah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Jauhilah oleh kalian perkara baru, karena sesuatu yang baru (di dalam agama) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Hakim).
Tarekat sufi tidak semata bid'ah. Bahkan, di dalamnya terdapat banyak kesesatan dan kesyirikan yang besar, hal ini dikarenakan mereka mengkultuskan syaikh/guru mereka dengan meminta berkah darinya, dan penyelewengan-penyelewengan lainnya bila dilihat dari Kitab dan Sunnah. Diantaranya, pernyataan-pernyataan kelompok sufi sebagaimana telah diungkap oleh penanya.

Semua itu adalah pernyataan yang batil dan tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah, sebab, yang patut diterima perkataannya secara mutlak adalah perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana firman Allah.
"Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah". (Al-Hasyr : 7).
"Artinya : Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya". (An-Najm : 3).
Adapun selain Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam, walau bagaimana tinggi ilmunya, perkataannya tidak bisa diterima kecuali kalau sesuai dengan Al-Kitab dan Sunnah. Adapun yang berpendapat wajib metaati seseorang selain Rasul secara mutlak, hanya lantaran memandang "si dia/orang"nya, maka ia murtad (keluar dari Islam). Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Rabb) Al-Masih putera Maryam ; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa ; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan". (At-Taubah : 31).
Ulama menafsirkan ayat ini, bahwa makna kalimat "menjadikan para rahib sebagai tuhan" ialah bila mereka menta'ati dalam menghalalkan apa yang diharamkan dan mengharamkan apa yang dihalalkan. Hal ini diriwayatkan dalam hadits Adi bin Hatim.

Maka wajiblah berhati-hati terhadap aliran sufi, baik dia laki-laki atau perempuan, demikianlah pula terhadap mereka yang berperan dalam pengajaran dan pendidikan, yang masuk kedalam lembaga-lembaga. Hal ini agar tidak merusak aqidah kaum muslimin.

Lantas, diwajibkan pula kepada seorang suami untuk melarang orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya agar jangan masuk ke dalam lembaga-lembaga tersebut ataupun sekolah-sekolah yang mengajarkan ajaran sufi. Hal ini sebagai upaya memelihara aqidah serta keluarga dari perpecahan dan kebejatan para istri terhadap suaminya.

Barangsiapa yang merasa cukup dengan aliran sufi, maka ia lepas dari manhaj Ahlus Sunnah wa Jamaah, jika berkeyakinan bahwa syaikh sufi dapat memberikan berkah, atau dapat memberikan manfa'at dan madharat, menyembuhkan orang sakit, memberikan rezeki, menolak bahaya, atau berkeyakinan bahwa wajib menta'ati setiap yang dikatakan gurunya/syaikh, walaupun bertentangan dengan Al-Kitab dan As-Sunnah.

Barangsiapa berkeyakinan dengan semuanya itu, maka dia telah berbuat syirik terhadap Allah dengan kesyirikan yang besar, dia keluar dari Islam, dilarang berloyalitas padanya dan menikah dengannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dan janganlah kalian nikahi wanita-wanita musyrikah sebelum mereka beriman, .......... Dan janganlah kalian menikahkan (anak perempuan) dengan laki-laki musyrik sebelum mereka beriman ........". (Al-Baqarah : 221).
Wanita yang telah dilekati aliran sufi, akan tetapi belum sampai pada keyakinan yang telah kami sebutkan diatas, tetap tidak dianjurkan untuk menikahinya. Entah itu sebelum terjadi aqad ataupun setelahnya, kecuali bila setelah dinasehati dan bertaubat kepada Allah.

Yang kita nasehatkan adalah bertaubat kepada Allah, kembali kepada yang haq, meninggalkan aliaran yang batil ini dan berhati-hati terhadap orang-orang yang menyeru kepada kejelekan-kejelekan. Hendaknya berpegang teguh dengan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah, membaca buku-buku bermanfa'at yang berisi tentang aqidah yang shahih, mendengarkan pelajaran, muhadharah dan acara-acara yang berfaedah yang dilakukan oleh ulama yang berpegang dengan teguh pada manhaj yang benar.

Juga kita nasehatkan kepada para istri agar taat kepada suami mereka dan orang-orang yang bertanggung jawab dalam hal-hal yang ma'ruf.

Semoga Allah memberikan taufiq-Nya.

Tetesan Air Mata

Tetesan Air Mata

Tetesan Air Mata
Author: Abu Aufa

Pernah menangis? Pasti pernah ya, paling tidak sekali seumur hidup kita pasti menangis, yaitu saat dilahirkan. Saat itu uraian tetesan air di sudut mata menjadi kebahagiaan orang-orang yang mengasihi kita. Lalu, apakah air mata itu identik dengan kelemahan, bahkan kecengengan? Mungkin iya, tapi mungkin juga tidak. Air mata bisa juga menjadi berharga atau malah tidak berharga lho.

Seseorang lelaki yang sesenggukan karena kekasihnya telah pergi meninggalkan dirinya, bisa jadi air mata saat itu tidak berharga sama sekali. Demikian juga uraian air mata seorang wanita yang 'mengorbankan harga dirinya' kepada Arjuna, Sang Pemetik Cinta, justru pada saat cinta mereka sebenarnya belum diikat dengan ikatan suci, maka saat itu air mata hanyalah kesia-siaan.

Namun air mata juga bisa menjadi sangat berharga, bahkan sangat berharga. Di dunia, sebagai contoh, air mata bisa menjadi tema tulisan yang laku dijual dan menjadi tema yang tak pernah henti-hentinya mengalir ke benak banyak penulis.

Pernah tahu buku-buku yang pernah laris di Jepang? Di antara buku-buku terlaris itu adalah "Gotan Fumanzoku", karya autobiografis Hirotada Ototake, seorang pria yang lahir tanpa kaki dan tangan namun tetap bersemangat dalam hidupnya, menamatkan studinya di Universitas Waseda dan pernah menjadi presenter berita olahraga di televisi.

Ada pula buku yang lain, yaitu "Dakara Anata mo Ikinuite", sebuah autobiografi Mitsuyo Ohira, seorang wanita yang menjadi sasaran olok-olok ketika duduk di sekolah menengah. Ohira san pernah mencoba bunuh diri ketika remaja, menikah dengan seorang gangster pada usia enam belas tahun, bercerai, namun kemudian berhasil bangkit dari masa lalunya dan kini menjadi pengacara. Kisah-kisah haru seperti ini dan menguras air mata juga banyak diminati masyarakat pembaca di Jepang.

Air mata memang ibarat hujan yang jatuh dari langit pada lahan hati yang tandus, gersang dan kering kerontang. Ia bisa melunakkan hati dan jiwa yang keras membatu, perlahan lunak dan menjadi peka terhadap lingkungan sosial.

Dalam Islam, air mata sangat berharga nilainya saat penyesalan, kerinduan pada manusia-manusia yang tawadhu'. Menyiram kegersangan taman hati dan jiwa, serta qalbu yang gersang dengan berbagai nista hingga perlahan pupus, bagaikan debu-debu yang hanyut terbawa arus oleh butiran-butiran do'a yang dimunajatkan kepada-Nya.

Mahal... sungguh sangat mahal harganya tetesan air mata yang mengalir saat khusuk menghadap-Nya, bahkan salah satu dari dua tetesan yang disukai Rasulullah SAW adalah air mata yang mengalir karena rasa takut dan rindu kepada Allah SWT. Beliau, kekasih Allah, merengguk, menumpahkan air mata karena penuh harap untuk berjumpa dengan-Nya. Abu Bakar ash-Shidiq r.a. pun senantiasa sesegukan ketika menegakkan sholat.

Seorang mujahid serta sekaligus mujaddid yang pernah hidup di dunia ini, Hasan al Banna juga pernah menguraikan air matanya karena memikirkan ummat ini. Betapa sang mujahid menginginkan agar ummat mengetahui bahwa mereka lebih dicintai daripada dirinya sendiri, sesaat pun kami tidak akan pernah menjadi musuh kalian. Betapa bangganya beliau ketika jiwa-jiwa ini gugur sebagai penebus kehormatan mereka, atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan dan terwujudnya cita-cita Islam. Rasa cinta yang mengharu-biru hati, menguasai perasaan bahkan mencabut rasa ngantuk di pelupuk mata hingga membuat beliau memeras air matanya. Air mata yang mengalir karena menyaksikan bencana yang mencabik-cabik ummat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan serta pasrah pada keputusasaan.

Lalu, bagaimanakah dengan kita? Takkala kita lahir menangis, namun orang-orang di sekeliling kita tertawa bahagia karena menyambut kelahiran kita. Namun orang-orang yang kita tinggalkan menangis pilu saat kita tutup usia, saat itu apakah kita juga turut menangis ataukah tertawa bahagia karena akan berjumpa dengan Allah SWT? Adakah amal kita lebih banyak dari dosa yang kita lakukan selama hidup di dunia yang singkat ini? Adakah prestasi kita hanya lahir, hidup, mati, kemudian dilupakan orang, bahkan oleh orang-orang terdekat kita? Lalu setelah itu pasrah, rebah di bantalan tanah, cemas menanti pengadilan akhir yang pasti tiba.

Ya akhi wa ukhti fillah,
Semoga Allah SWT menjadikan air mata yang jatuh di sudut-sudut mata kita adalah air mata yang berharga dipandangan-Nya, hingga dapat membersihkan hati yang pekat ini untuk mudah disusupi cahaya Ilahi Rabbi. Semoga air mata ini kelak tidak menjadi tetesan darah karena letihnya kita berteriak dan mengetuk pintu surga yang telah tertutup rapat setelah pengadilan itu nanti.

Sungguh, tetesan air mata di dunia ini adalah lebih baik bagi kita ketimbang menangis di akhirat nanti, menangislah sebelum datang hari dimana kita semua akan ditangisi, karena itu pasti terjadi.

Ya Allah, yang manusia harus takuti Angkatlah kami dari lembah maksiat Sampai kami keluar dari dunia Tak bawa beban walau sebesar zarah [Air Mata: from Izzatul Islam]

Wallahu alam bi showab,

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,

Abu Aufa

SIAPAKAH YANG DIMAKSUDKAN DENGAN LELAKI SOLEH

SIAPAKAH YANG DIMAKSUDKAN DENGAN LELAKI SOLEH

Lelaki Soleh dapat di definisikan sebagai seorang lelaki muslim yang beriman (mukmin), bersih dari segi zahir dan batinnya, mengambil makanan yang bersih dan halal(bukan dari sumber yang haram)serta sentiasa berusaha menjauhkan dirinya dari perkara perkara yang akan mendorong kearah maksiat dan menariknya ke jurang NERAKA yang amat dalam. Lelaki soleh juga ialah seorang lelaki yang sentiasa taat kepada Allah swt. dan RasulNya walau dimana sahaja mereka berada dan pada bila bila masa sahaja.

Kesolehan dan keimanan seseorang tidak dapat dilihat dan diukur dari segi lahiriah semata mata kerana ianya adalah berkait rapat dengan masalah AKIDAH dan KEYAKINAN, kepada siapa dia menyerah keyakinan dan ketaatan dan sebaliknya. TAUHID merupakan dasar tertinggi dalam kehidupan yang harus sentiasa dipelihara kerana apabila tauhid tidak betul dan sempurna, maka seluruh amalan yang dilakukan adalah sia-sia sahaja. Apabila telah jelas kepada siapa kita memberikan perwalian dan terhadap pihak mana kita menolak kepimpinan, barulah Tauhid akan menjadi kenyataan dan berdiri dengan tegaknya dalam jiwa seseorang.

Oleh yang demikian, jelaslah bahawa kesolehan seseorang lelaki itu tidak dapat dinilai dari segi lahiriah semata-mata. Ianya adalah lebih jauh dan mendalam dari itu senua. Antara hal-hal yang harus dilihat dan dikaji pada setiap individu muslim ialah perkara-perkara yang bersangkutan dengan keyakinan, tujuan dan pandangan hidup serta cita-cita dan jalan hidup seseorang itu.

KRITERIA-KRITERIA LELAKI SOLEH SEPERTI YANG DIMAKSUDKAN OLEH AL QURAN DAN AL HADIS.....

1. Sentiasa taat kepada Allah swt dan Rasullulah saw.
2. Jihad Fisabilillah adalah matlamat dan program hudupnya.
3. Mati syahid adalah cita cita hidup yang tertinggi.
4. Sabar dalam menghadapi ujian dan cabaran dari Allah swt.
5. Ikhlas dalam beramal.
6. Kampung akhirat maejadi tujuan utama hidupnya.
7. Sangat takut kepada ujian Allah swt. dan ancamannya.
8. Selalu memohon ampun atas segala dosa-dosanya.
9. Zuhud dengan dunia tetapi tidak meninggalkannya.
10. Solat malam menjadi kebiasaannya.
11. Tawakal penuh kepada Allah taala dan tidak mengeluh kecuali kepada Allah swt
12. Selalu berinfaq samaada dalam keadaan lapang mahupun sempit.
13. Menerapkan nilai kasih sayang sesama mukmin dan ukhwah diantara mereka.
14. Sangat kuat amar maaruf dan nahi munkarnya.
15. Sangat kuat memegang amanah, janji dan kerahsiaan.
16. Pemaaf dan lapang dada dalam menghadapi keboduhan manusia, sentiasa saling koreksi sesama ikhwan dan tawadhu penuh kepada Allah swt.
17. kasih sayang dan penuh pengertian kepada keluarga.

Selain daripada ciri-ciri diatas, orang orang yang soleh juga merupakan insan insan yang senantiasa mendapat ujian dan cubaan daripada Allah swt. setelah para nabi nabi dan orang orang yang mulia. Mereka menghadapi segala ujian tersebut dengan hati yang tabah dan tetap teguh dalam keimanan serta pendirian. Mereka tidak mudah menyerah kalah dari keganasan dan tekanan musuh.

Tugas tugas dan kewajipan Lelaki Soleh........

1. Mencari nafkah ( belanja hidup)
2. Berjihad Fisabilillah.
3. Melindungi dan membela kaum yang lemah dan tertindas.
4. Memimpin, mendidik dan berlaku adil terhadap isteri.

1. MENCARI NAFKAH.......... Tugas mencari nafkah diberatkan kepada kaum Lelaki kerana kelebihan dalam penciptaannya yang berupa kekuatan fizikal dan akal fikirannya. Oleh itu Lelaki mampu untuk bekerja keras untuk mencari nafkah, memberi perlindungan dan pertahanan maruah kehidupannya terutama kepada keluarga, agama, bangsa dan agamanya. Inilah sebabnya lelaki diangkat menjadi pemimpin bagi kaum wanita. Oleh itu, seorang lelaki muslim, lelaki dan suami yang soleh, tidak akan melalaikan tugas ini. Ia wajib bekerja menurut apa sahaja kemampuannya. Dalam melaksanakan tugas ini, dia haruslah MEMBETULKAN NIATnya iaitu ikhlas untuk mencari keredhaan Allah swt. Dia tidak akan merasa MALU untuk melakukannya sebaliknya gembira dan berbangga terhadap pekerjaannya lebih lebih lagi perkara yang halal.

Lelaki soleh tidak akan lupa untuk mengingati hari akhirat tetapi menjadikannya sebagai tujuan yang utama. dia bekerja didunia untuk mencari keuntungan di akhirat, bukannya mengejar keduniaan semata-mata. Dengan cara ini, usahanya akan sentiasa berhasil dan berjaya didunia dan akhirat. Seperti kata ulama Salaf yang bermaksud; Wahai anak Adam! Juallah duniamu dengan akhirat, maka engkau akan UNTUNG semuanya, tetapi jangan engkau jual akhirat dengan dunia, maka engkau akan RUGI semuanya.

" Bagi orang orang yang telah mengerjakan kewajipan agamanya dengan baik, kemudian terasa penat dan letih pada malamnya, sehingga tidak dapat mengerjakan amalan amalan sunnah, maka Allah dan RasulNya memberikan jaminan dengan ampunan sepanjang malam yang dilaluinya dengan tidur yang nyenyak".

Inilah antara ganjaran yang akan dikurniakan kepada lelaki soleh yang mencari nafkah dengan bersungguh sungguh. Terdapat dua cara orang berusaha mencari nafkah seperti yang dianjurkan oleh ISLAM.

Pertama: Hendaklah ia tidak melalaikan tugasnya terhadap Allah swt. dan janganlah ia meninggalkan nilai nilai yang LUHUR.

Kedua : Hendaklah dilakukan dengan cara yang halal, bersih dan tidak membawa apa apa kemudaratan kepada orang lain dan tidak pula bertentangan dengan peraturan-peraturan umum.

Antara cara cara pencarian harta yang diharamkan oleh Islam ialah:

1. Riba,
2. Penimbunan barang barang yang menjadi hajat orang ramai,
3. Perjudian dan perdagangan minuman keras,
4. Berlaku penipuan dalam penimbangan dan penukaran barang,
5. Mencuri
6. Memakan harta orang lain dengan cara yang bathil seperti yang diterangkan dalam surah An Nisa 4, ayat 29.

2. BERJIHAD FISABILILLAH Jihad merupakan amal yang paling utama dan puncak ketinggian Islam. Tidak ada satu pun amalan soleh yang dapat menandingi Jihad. Orang soleh tidak sedikit pun merasa gentar dan takut apabila berjuang menegakkan agama Allah sebaliknya sentiasa tersenyum bangga menjadi seorang Pegawai Allah dengan gelaran paling indah iaitu MUJAHIDIN. Inilah yang dimaksudkan dengan lelaki soleh, yang mana pekerjaan utamanya membunuh atau terbunuh. Jika tidak terbunuh, maka ia mesti membunuh. Tidak terdapat alternatif lain kecuali satu antara dua 'YUQTAL AU YAGHLIB' yakni TERBUNUH atau MENANG.

3. MELINDUNGI DAN MEMBELA KAUM YANG LEMAH DAN TERTINDAS

Sememangnya sejak akhir-akhir ini golongan kafir senantiasa mencari peluang untuk menindas dan menakhluki negara-negara serta umat- umat Islam. Orang orang yang soleh haruslah peka dan bersedia untuk bertindak balas supaya umat-umat Islam tidak akan ditindas dengan sewenang-wenangnya oleh golongan tersebut.

"Wahai lelaki soleh...! tugas dan tanggungjawabmu bukanlah ringan, bayangkan langit dan gunung tidak mampu membawanya. Kamu sajalah yang akan tampil dan mampu menyelesaikan persoalan besar ini. Orang orang yang lemah dan sedang tertindas sentiasa menanti kehadiranmu. Mereka berdoa agar kamu segera tiba untuk menjadi pembela dan penolong bagi mereka."

Inilah laungan yang senantiasa terdengar daripada golongan golongan yang tertindas dan mengharapkan bantuan. Oleh itu lelaki yang soleh haruslah memainkan peranannya sebagai pembela agama sama ada secara langsung ataupun tidak langsung demi untuk mengekalkan kedaulatan agama Islam

4. MEMIMPIN DAN MENDIDIK ISTERI......

1. Mengajar dan membimbing dengan cara yang baik sehingga isteri isteri yang tidak solehah menyedari akan kesilapannya dan menukar cara hidupnya menjadi isteri solehah.
2. Menangani isteri yang bodoh dan keras kepala dengan bijaksana sehingga dia menyedari hakikat yang sebenarnya dan bersedia mengubahnya.

Demikianlah cara cara yang telah digariskan oleh Islam untuk mengatasi masaalah ketidaksesuaian suami isteri dalam kehidupan rumah tangga. Apabila menghadapi sebarang kesulitan, lelaki soleh tidak akan cepat melatah dan bertindak menurut nafsu dan perasaan semata-mata tanpa mengambil kira perasaan orang lain. Lelaki soleh akan bertindak dengan cara yang lebih effisien dan bijaksana dan senantiasa memohon petunjuk dari Allah swt. Dengan ini kebahagiaan rumahtangga akan dapat dikekalkan buat selama lamanya. Berlaku baik terhadap isteri Suami yang soleh akan sentiasa maenjaga kebajikan keluarganya terutama isterinya. Ia senantiasa menjaga hati dan perasaan pasangannya dan sentiasa menggembirakan isterinya. Mereka juga akan bertanggungjawab dalam menguruskan urusan rumahtangga, dan bekerjasama dengan isterinya.

Sabda Rasulullah: Orang yang terbaik diantara kamu adalah orang yang terbaik terhadap isterinya, dan aku adalah orang yang terbaik diantara kamu terhadap isteriku. ( HR Ibnu Majah )

Tauladan Rasulullah Dalam kehidupan berkeluarga.......

A: Keadaan beliau sebagai suami dan ayah
B: Kebiasaan beliau di tengah kehidupan bekeluarga
C: Cinta kasih beliau terhadap isteri dan anak.

Wallahu a'lam bis-shawab.