Kamis, 17 Januari 2008

biarkan masa depan datang sendiri

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri

{Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta
agar disegerakan (datang)nya.}
(QS. An-Nahl:1)

Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah anda mau
mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik
buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata
dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna.
Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok,
mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya,
memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan
bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya? Bukankah kita juga tidak
tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari
esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?

Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke
bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan
sebelum sampai di atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan
sampai atau tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita akan terhenti
jalan kita sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan
itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di
atasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan
kemudian menyeberanginya.

Dalam syariat, memberi kesempatan pada pikiran untuk memikirkan masa
depan dan membuka-buka lam gaib, dan kemudian terhanyut dalam
kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang
tidak dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan
yang terlalu jauh). Secara nalar, tindakan itu pun tak masuk akal,
karena sama halnya dengan berusaha perang melawan baying-bayang. Namun
ironis, kebanyakan manusia di dunia ini justru banyak yang termakan
oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan
krisis ekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu
hanyalah bagian dari kurikulum yang diajarkan di "sekolah-sekolah
setan".

{Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan
untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.}
(QS. Al-Baqarah:268)

Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka
diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan
memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal,
orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di 'genggaman yang lain'
tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan
orang yang tidak tahu kapan mati, tentu salah besar bila justru
menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak berwujud.

Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah
menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan
petakanya. Sebab, hari ini Anda sudah sangat sibuk.

Jika anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang berani
menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di
dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah
angan-angan yang berlebihan.

Tidak ada komentar: